Search

Jelang FOMC, Asing Makin Deras Merangsek Masuk ke Pasar SUN

Jelang FOMC, Asing Makin Deras Merangsek Masuk ke Pasar SUN

Jakarta, CNBC Indonesia -Investor asing diketahui sedang mendominasi transaksi pembelian obligasi rupiah pemerintah sehingga menciptakan reli penguatan harga yang sudah tercipta sejak akhir bulan lalu. Penguatan harga telah membuat tingkat imbal hasil (yield) wajar seri acuan 10 tahun menembus level psikologis 7%."Investor lokal banyak yang profit taking dan rata-rata tidak berani masuk, sehingga investor asing yang menarik harga," ujar Ramdhan Ario Maruto, Associate Director & Head of Fixed Income Division PT Anugerah Sekuritas Indonesia, sore ini (30/10/19).Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan investor asing masih memiliki surat utang negara (SUN) rupiah senilai Rp 1.057 triliun, tertinggi sepanjang sejarah.
Mayoritas pembelian investor asing, lanjutnya, dilakukan pada tenor menengah panjang baik pada seri acuan 10 tahun yaitu FR0078 maupun seri-seri yang akan digunakan sebagai seri acuan tahun depan. Seri acuan ditentukan Kementerian Keuangan untuk seri 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang akan diganti setiap tahunnya. Seri acuan tahun ini adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Di pasar, sudah ada seri FR0081 bertenor 6 tahun depan yang akan jatuh tempo 2025, FR0080 tenor 11 tahun yang jatuh tempo 2030, dan FR0082 tenor 16 tahun yang akan jatuh tempo pada 2035. Tahun depan, FR0081, FR0080, dan FR0082 sangat besar kemungkinannya akan menjadi tenor acuan bagi tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun.Faktor utama dari penguatan tersebut adalah ekspektasi adanya penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) pada 30 Oktober tengah hari waktu setempat atau Kamis pagi dini hari waktu Indonesia.Saat ini pelaku pasar global memprediksi penurunan suku bunga acuan AS, yang biasa disebut Fed Fund Rate, akan dilakukan dalam Pertemuan Komite Pasar Terbuka (FOMC) nanti dengan probabilitas 98,3% yang sudah naik dari posisi kemarin 95,1%.Pada dasarnya, penurunan suku bunga acuan dapat memicu turunnya kupon penerbitan obligasi baru, sehingga seri-seri yang sudah beredar di pasar akan diburu karena kuponnya masih tinggi. Begitu juga dengan penurunan di pasar obligasi AS, yang biasa disebut US Treasury, maka akan memancing investor untuk memburu instrumen tersebut dan akhirnya menaikkan harga di pasar.

Kenaikan harga US Treasury di pasar tersebut turut menekan tingkat imbal hasil (yield), dan nantinya yang secara tidak langsung dampaknya juga merembet ke turunnya yield obligasi rupiah di pasar domestik karena menjaga selisih (spread) antara kedua instrumen. Saat ini, spread seri 10 tahun kedua instrumen sebesar 520 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Selain potensi penurunan suku bunga, faktor lain yang menyebabkan agresifnya investor asing di pasar SUN adalah momentum menjelang akhir tahun, di mana pemerintah biasanya meniadakan lelang yang sudah terjadwal begitu pembiayaan dari penerbitan efek utang sudah dinilai cukup. Tahun lalu, pemerintah meniadakan tiga kali lelang dimulai pada akhir November.Karena itu, investor juga memburu instrumen SUN karena jika lelang ditiadakan maka satu-satunya pasar yang menyediakan efek utang rupiah adalah di pasar sekunder yang potensi kenaikan harganya lebih lebar dibandingkan lelang rutin."[Kami prediksi] lelang masih bisa dua atau tiga kali lagi [hingga akhir tahun]," tambah Ramdhan.Hari ini, harga pasar wajar obligasi seri acuan naik semua, terutama pada seri 10 tahun hingga menekan tingkat imbal hasilnya (yield) menembus level psikologis 7%, tepatnya pada 6,99%.Data pasar wajar PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) menunjukkan penurunan yield wajar terjadi 1,63 basis poin (bps) dari posisi kemarin 7,01%. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi di pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan dengan harga wajar yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 2,55 bps menjadi 6,41%.

 

Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 30 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 29 Okt'19 (%)

Yield 30 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

FR0077

5 tahun

6.4388

6.4133

-2.55

FR0078

10 tahun

7.0116

6.9953

-1.63

FR0068

15 tahun

7.4706

7.4674

-0.32

FR0079

20 tahun

7.6782

7.6741

-0.41

Sumber: IBPA

 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 30 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 29 Okt'19 (%)

Yield 30 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 30 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.467

6.465

-0.20

6.4133

FR0078

10 tahun

7.033

7.033

0.00

6.9953

FR0068

15 tahun

7.497

7.51

1.30

7.4674

FR0079

20 tahun

7.69

7.699

0.90

7.6741

Sumber: Refinitiv

 

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, melebar tipis dari posisi kemarin 519 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 0,7 bps hingga 1,82% dari posisi kemarin 1,83%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, 3 bulan-10 tahun, dan 2 tahun-10 tahun sudah menghilang. Padahal, sebelumnya inversi pada tenor-tenor itu lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang sudah menghilang, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 28 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 29 Okt'19 (%)

Yield 30 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.644

1.639

3 bulan-5 tahun

-1.5

UST 2020

2 Tahun

1.642

1.638

2 tahun-5 tahun

-1.6

UST 2021

3 Tahun

1.649

1.644

3 tahun-5 tahun

-1

UST 2023

5 Tahun

1.659

1.654

3 bulan-10 tahun

-18.7

UST 2028

10 Tahun

1.835

1.826

2 tahun-10 tahun

-18.8

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.057 triliun SBN, atau 39,15% dari total beredar Rp 2.701 triliun berdasarkan data per 28 Oktober. Angkanya masih menjadi rekor tertinggi kepemilikan investor asing sepanjang masa.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 164,28 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,51 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 28,14 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, sedangkan rupiah di pasar valas turun tipis terhadap dolar AS.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 29 Okt'19 (%)

Yield 30 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.48

6.51

3.00

China

3.317

3.325

0.80

Jerman

-0.356

-0.362

-0.60

Prancis

-0.058

-0.063

-0.50

Inggris

0.711

0.691

-2.00

India

6.679

6.666

-1.30

Jepang

-0.117

-0.118

-0.10

Malaysia

3.462

3.464

0.20

Filipina

4.54

4.55

1.00

Rusia

6.39

6.39

0.00

Singapura

1.772

1.78

0.80

Thailand

1.6

1.59

-1.00

Amerika Serikat

1.835

1.828

-0.70

Afrika Selatan

8.2

8.215

1.50

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jelang FOMC, Asing Makin Deras Merangsek Masuk ke Pasar SUN"

Post a Comment

Powered by Blogger.