Kondisi Eksternal Kondusif, Pasar Keuangan RI Bisa Ngegas?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesi bergerak cukup impresif sepanjang perdagangan kemarin (28/10/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, hingga harga obligasi pemerintah kompak mencatatkan penguatan meskipun terbatas.Pada penutupan perdagangan kemarin, bursa saham acuan Tanah Air ditutup menguat 0,07% ke level 6.256,79 indeks poin. Saham yang berkontrisbusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG yakni PT Astra International Tbk/ASII (+1,47%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+2,41%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,81%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+3,39%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,69%).
Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan pasar spot dibanderol Rp 14.020/US$, juga naik tipis 0,07%. Lalu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun tipis 5 basis poin (bps) menjadi 7,042%. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Lebih lanjut, sejatinya penguatan yang dicatatkan pada pasar keuangan Ibu Pertiwi juga dialami oleh rekan sejawatnya di kawasan Asia, di mana sentimen yang mendominasi pasar keuangan global berasal dari perkembangan positif hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Pada Jumat (25/10/2019) pekan lalu, dalam sebuah pernyataan tertulis, kantor Perwakilan Dagang AS menyampaikan bahwa kedua belah pihak membuat kemajuan dalam diskusi dagang dan hampir menyelesaikan teks perjanjian dari kesepakatan fase pertama, dilansir dari Reuters.
"Mereka membuat kemajuan dalam beberapa isu dan kedua pihak telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan," ungkap pernyataan tersebut.
"Perbincangan akan berlanjut di level deputi, dan para negosiator tingkat tinggi akan kembali berbincang melalui sambungan telepon dalam waktu dekat."
Presiden AS Donald Trump juga menyampaikan nada positif terkait perkembangan dialog dagang dengan Negeri Tiongkok.
"Kami bergerak degan baik. Kami sedang bernegosiasi dengan mereka sekarang," ujar Trump.
"Dan banyak hal baik terjadi dengan China. Mereka sangat ingin membuat kesepakatan," tambah Trump.
Selain itu, pihak Negeri Tiongkok juga diketahui memberikan konfirmasi serupa dan menyampaikan diskusi berjalan mulus.
Asa damai dagang yang semakin kentara memantik risk appetite investor untuk menggelontorkan dananya di aset-aset beresiko, tidak terlepas pasar keuangan negara berkembang, seperti Indonesia.
Terlebih lagi, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), ke level 5% juga turut menopang aksi beli.
Pemangkasan tingkat suku bunga acuan diharapkan dapat membantu Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%-5,4% pada tahun ini. Pasalnya, melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Penurunan BI7DRR membuat bank semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA) (dwa)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kondisi Eksternal Kondusif, Pasar Keuangan RI Bisa Ngegas?"
Post a Comment