Mau Ekonomi Tumbuh 5,3%? Kuncinya di Industri Manufaktur

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai cukup berat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% di 2020. Namun, bukan tidak mungkin untuk dicapai jika pemerintah melakukan usaha lebih ekstra.

Menurutnya, beberapa perbaikan harus dilakukan pemerintah untuk mendorong kinerja perekonomian domestik terutama perbaikan industri pengolahan atau manufaktur. Hal ini untuk meningkatkan porsi industri tersebut ke perekonomian yang saat ini terus mengalami penurunan.

"Kalau saya berharapnya itu tadi, ada sedikit pembenahan di industri pengolahan. Kuncinya ada di sana, kalau industri pengolahan itu bergerak naik, karena share-nya gede sekali 19,5%, jadi kalau ada pergerakan sedikit saja dia akan bisa menaikkan, karena bobotnya gede," ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Langkah kedua adalah melakukan perbaikan di sisi hilirisasi untuk menciptakan lapangan kerja. Dengan lapangan kerja yang bagus maka pendapatan masyarakat juga akan naik yang akan berdampak juga kepada kenaikan daya beli. Hilirisasi juga sangat erat dengan industri manufaktur.

Menumbuhkan daya beli masyarakat dinilai sebagai langkah yang lebih baik daripada terus berharap pada kinerja ekspor yang saat ini memang sulit untuk naik.

"Jadi, saya lebih berharap di konsumsi rumah tangga yang agak dominan, akan lebih reasonable, daripada saya berharap ke ekspor. Kalau menurut saya, ekspornya untuk mengubah ke 3,7% (yoy) berat sekali," jelasnya.

Menurutnya, volume ekspor memang masih naik dari ekspor batu bara dan sawit. Tapi karena harga komoditas turun maka tidak membantu banyak terhadap perekonomian.

"Jadi menurut saya ini kalau untuk menggenjot ekspor dalam jangka pendek dengan perekonomian global yang masih penuh ketidakpastian akan berat. Saya akan lebih menekankan bagaimana konsumsi dalam negeri, yang bisa dipicu. Jadi kalau industrinya naik, menciptakan lapangan kerja, tapi juga menciptakan konsumsi domestik," tegasnya.

(hoi/hoi)