Search

"Hantu" Resesi Gentayangan Lintas Benua, Emas Mau Kemana?

"Hantu" Resesi Gentayangan Lintas Benua, Emas Mau Kemana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi ambil untung membuat harga emas melemah pada perdagangan Rabu (28/8/19) kemarin. Sementara pada hari ini, Kamis (29/8/19) emas kembali bergerak naik. Isu resesi di Amerika Serikat (AS) masih menjadi pendongkrak kinerja logam mulia.

Inversi yield obligasi AS (US Treasury) tenor 2 tahun dan 10 tahun semakin melebar. Artinya, yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang yang menandakan investor melihat ada risiko yang lebih besar dalam jangka pendek.

Data dari Credit Suisse menunjukkan sejak 1978 terjadi lima kali inversi yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun dan 10 tahun. Semuanya menjadi awal terjadinya resesi. Rata-rata resesi akan terjadi 22 bulan setelah inversi.


Perang dagang AS dengan China menjadi penyebab pelaku pasar memprediksi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi. Perang dagang yang terjadi sejak tahun lalu ini telah membuat ekonomi AS melambat.

Kini kedua negara akan mengenakan tarif impor baru pada 1 September nanti. AS akan mengenakan tarif impor sebesar 15% tahap pertama untuk produk dari China dengan total nilai US$ 300 miliar. Sementara, China mengenakan tarif impor kisaran 5%-10% untuk produk dari AS dengan total nilai US% 75 miliar.

Tarif baru tersebut tentunya memperparah kondisi ekonomi AS, dan ancaman resesi semakin nyata. Tidak hanya AS, Inggris kini juga terancam akan mengalami resesi jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun atau no-deal Brexit terjadi.

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, mengambil langkah untuk membatasi Parlemen Inggris menggagalkan rencana Brexit. PM Johnson berencana menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada tanggal 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif.

Hal tersebut tentunya membuat parlemen Inggris memiliki waktu yang singkat untuk membahas rencana Brexit PM Johnson, dan jika hingga 31 Oktober tidak ada keputusan, maka Inggris secara otomatis akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal.

No-deal Brexit menjadi kecemasan utama pelaku pasar, ekonomi Inggris dikhawatirkan akan terguncang bahkan masuk ke jurang resesi.


Resesi kini seperti hantu yang menebar ketakutan dan kecemasan di benak pelaku pasar. "Hantu" ini kini bergentayangan dari AS hingga ke Eropa. Inggris merupakan salah satu raksasa ekonomi Eropa, resesi yang terjadi di Negeri Ratu Elizabeth tersebut bisa saja turut menyeret negara-negara lain di Benua Biru.

Dalam kondisi seperti ini, para pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven), emas menjadi salah satu aset safe haven tersebut.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

(pap/pap)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to ""Hantu" Resesi Gentayangan Lintas Benua, Emas Mau Kemana?"

Post a Comment

Powered by Blogger.