Search

Takut Pertumbuhan Ekonomi Loyo, IHSG Balik Arah jadi Melemah

Takut Pertumbuhan Ekonomi Loyo, IHSG Balik Arah jadi Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (4/11/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,19% ke level 6.219,13. IHSG kemudian bertahan di zona hijau untuk waktu yang lumayan lama.

Sayang, menjelang penutupan perdagangan sesi satu, IHSG berbalik arah ke zona merah. Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut melemah 0,2% ke level 6.194,71.


Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang kompak melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai naik 0,75%, indeks Hang Seng menguat 1,28%, indeks Straits Times terapresiasi 0,13%, dan indeks Kospi bertambah 1,31%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan pada hari ini seiring dengan peringatan Culture Day.

Bursa saham Benua Kuning menguat seiring dengan membuncahnya optimisme bahwa AS dan China akan segera bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross optimistis bahwa kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China akan bisa diteken pada bulan ini juga. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa jika kedua negara benar berhasil menyepakati kesepakatan dagang tahap satu, penandatanganan akan digelar di AS.

"Pertama-tama, saya ingin meneken kesepakatan dagang," kata Trump di Gedung Putih kala berbicara di hadapan reporter, Minggu (3/11/2019), seperti dilansir dari Bloomberg.

"Lokasi penandatangan kesepakatan dagang, untuk saya, sangatlah mudah (untuk ditentukan)."

Untuk diketahui, sebelumnya AS dan China berencana untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu di Chile, kala Trump bertemu dengan Presiden China XI Jinping di sela-sela gelaran KTT APEC. Namun, rencana tersebut kemudian dipertanyakan menyusul keputusan Chile untuk membatalkan gelaran tersebut, seiring dengan aksi demonstrasi yang tak kunjung padam di sana.

Maklum jika pelaku pasar begitu mengapresiasi prospek ditekennya kesepakatan dagang AS-China. Pasalnya, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Belum lama ini, China mengumumkan bahwa perekonomiannya hanya tumbuh di level 6% secara tahunan pada kuartal III-2019, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,1%, seperti dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 juga lebih rendah dibandingkan capaian pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2%.

Untuk diketahui, laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2% merupakan laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.

Kuatnya optimisme bahwa AS-China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu bahkan membuat indeks Hang Seng kembali menguat kala Hong Kong sudah resmi memasuki periode resesi.

Untuk diketahui, jika apresiasi indeks Hang Seng bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi selama tiga hari beruntun.

Pada pekan lalu tepatnya hari Kamis (31/10/2019), Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ).

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.


Lantaran pada kuartal II-2019 perekonomian Hong Kong sudah terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi yang kembali negatif secara kuartalan pada kuartal III-2019 resmi membawa Hong Kong mengalami resesi untuk kali pertama sejak tahun 2009, kala krisis keuangan global menerpa.

Aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di sana selama nyaris lima bulan sukses menekan laju perekonomian dengan sangat signifikan, seiring dengan terkontraksinya sektor pariwisata dan ritel. Untuk diketahui, aksi demonstrasi besar-besaran yang dalam beberapa waktu terakhir terjadi di Hong Kong pada awalnya dipicu oleh penolakan terhadap RUU ekstradisi.


Pada bulan lalu, Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan bahwa jumlah turis yang mengunjungi Hong Kong pada periode Agustus 2019 ambruk nyaris 40% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontraksi pada jumlah turis yang mengunjungi Hong Kong di bulan Agustus jauh lebih dalam ketimbang penurunan pada periode Juli 2019 yang hanya sebesar 5%.

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Takut Pertumbuhan Ekonomi Loyo, IHSG Balik Arah jadi Melemah"

Post a Comment

Powered by Blogger.