Data Ekonomi AS Impresif, Harga Emas Bisa Babak Belur
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Rabu (27/11/19).Tekanan pada logam mulia sebenarnya sudah muncul sejak pagi ini, tetapi lebih intens setelah rilis data ekonomi Negeri Sam.Pada pukul 21:00 WIB, emas melemah 0,41% ke level US$ 1.455,17/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengirim kabar bagus terkait perundingan dagang dengan China membuat emas kembali mundur teratur.
Pada hari Selasa waktu AS, Presiden AS Trump menyatakan Washington berada di "pembahasan terakhir" kesepakatan dengan China yang akan menghentikan perang dagang yang sudah berlangsung selama 16 bulan.
Pernyataan tersebut menyusul laporan CNBC International yang menyebutkan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, pagi ini berbicara dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.
"Kedua belah pihak membahas penyelesaian masalah-masalah inti yang menjadi perhatian bersama, mencapai konsensus bagaimana masalah tersebut diselesaikan dan setuju untuk terus berdiskusi mengenai isu-isu untuk kesepakatan fase satu" tulis rilis Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu data dari AS yang dirilis beberapa saat lalu menunjukkan membaiknya kondisi ekonomi Negara Adidaya tersebut. Pembacaan kedua produk domestik bruto (PDB) AS dirilis sebesar 2,1% lebih tinggi dari pembacaan awal 1,9%.
Data lain menunjukkan pesanan barang tahan lama tumbuh 0,6% di bulan Oktober secara bulanan atau month-on-month (MoM). Di bulan sebelumnya, data ini turun 1,2%. Sementara pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan, juga tumbuh 0,6% MoM, dari bulan sebelumnya yang turun 0,4%.
Data-data tersebut memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu.
Bank sentral paling powerful di dunia tersebut juga berencana untuk menghentikan periode pemangkasan suku bunga. The Fed baru akan kembali memangkas suku bunga jika kondisi ekonomi AS memburuk.
Sepanjang tahun ini, The Fed sudah tiga kali menurunkan suku bunga, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang memicu kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.
Jika The Fed tidak lagi menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk menguat kembali menjadi hilang, dan justru berisiko semakin tertekan. AS masih akan merilis data indeks manufaktur wilayah Chicago, inflasi versi personal capital expenditure (PCE), serta belanja konsumen malam ini.
Data inflasi PCE bisa memberikan dampak yang besar. Inflasi PCE merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.
Tumbuhnya inflasi mendekati target 2% year-on-year (YoY) tentunya akan memperkuat sikap The Fed untuk tidak lagi memangkas suku bunga. Jika data lainnya juga dirilis impresif, harga emas berisiko semakin babak belur.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Data Ekonomi AS Impresif, Harga Emas Bisa Babak Belur"
Post a Comment