Search

Data Pertumbuhan Ekonomi di Atas Ekspektasi, Lelang SUN Ramai

Data Pertumbuhan Ekonomi di Atas Ekspektasi, Lelang SUN Ramai

Jakarta, CNBC Indonesia -Pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN) senilai Rp 24,25 triliun dalam lelang rutin hari ini, di atas rerata penerbitan dalam setiap lelang sejak awal tahun Rp 21,66 triliun.Tingginya angka penerbitan mencerminkan masih diminatinya pasar di tengah penguatan harga efek utang serupa di pasar sekunder hingga hari ini, yang terdorong data pertumbuhan ekonomi yang di atas prediksi pasar.Pengumuman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu hari ini (5/11/19) menunjukkan meskipun lebih tinggi daripada rerata penerbitan sejak awal tahun, nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan lelang sebelumnya yang digelar pada 22 Oktober.
Nilai penerbitan tersebut ditetapkan setelah pemerintah menerima penawaran peserta lelang hari ini yang mencapai Rp 67,97 triliun, yang juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan rerata lelang sejak awal tahun. Sebagai pembanding, angka penawaran dalam lelang sebelumnya Rp 73,86 triliun.Dalam gelaran lelang tersebut, turut ditawarkan seri yang bakal menjadi seri acuan tahun depan yaitu FR0083 yang akan bertenor 20 tahun pada 2020, atau artinya akan jatuh tempo pada 2040. Kupon seri tersebut ditetapkan 7,5% per tahun dan dijual pada tingkat imbal hasil (yield) tertimbang 7,66% dengan nilai penerbitan Rp 4 triliun.Hasil lelang hari ini turut mencerminkan positifnya pasar obligasi pemerintah hari ini, setelah data pertumbuhan ekonomi diumumkan hari ini, yang di atas prediksi pelaku pasar. Hari ini, data pertumbuhan ekonomi diumumkan 5,02%, di atas prediksi konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg 5% dan masih setara dengan survei CNBC Indonesia 5,02%. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 2,3 basis poin (bps) menjadi 6,97%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 5 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 4 Nov'19 (%)

Yield 5 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 5 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.444

6.43

-1.40

6.3908

FR0078

10 tahun

7

6.977

-2.30

6.9562

FR0068

15 tahun

7.478

7.473

-0.50

7.4292

FR0079

20 tahun

7.694

7.686

-0.80

7.6683

Sumber: Refinitiv

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,32 poin (0,12%) menjadi 268,07 dari posisi kemarin 267,76.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 515 bps, menyempit dari posisi kemarin 521 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 3,5 bps hingga 1,82% dari posisi kemarin 1,78%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun sudah menghilang, yang sebelumnya lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 1 Nov'19

Seri

Benchmark

Yield 4 Nov'19 (%)

Yield 5 Nov'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.554

1.554

3 bulan-5 tahun

-7.1

UST 2020

2 Tahun

1.594

1.606

2 tahun-5 tahun

-1.9

UST 2021

3 Tahun

1.599

1.615

3 tahun-5 tahun

-1

UST 2023

5 Tahun

1.604

1.625

3 bulan-10 tahun

-26.5

UST 2028

10 Tahun

1.788

1.819

2 tahun-10 tahun

-21.3

Sumber: Refinitiv

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.062 triliun SBN, atau 39,18% dari total beredar Rp 2.711 triliun berdasarkan data per 4 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 168,94 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,83 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 3,72 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,8% dan 0,32%.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, koreksi terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 4 Nov'19 (%)

Yield 5 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.385

6.42

3.50

China

3.299

3.283

-1.60

Jerman

-0.348

-0.325

2.30

Prancis

-0.039

-0.024

1.50

Inggris

0.723

0.725

0.20

India

6.471

6.514

4.30

Jepang

-0.134

-0.12

1.40

Malaysia

3.404

3.42

1.60

Filipina

4.517

4.52

0.30

Rusia

6.39

6.35

-4.00

Singapura

1.743

1.75

0.70

Thailand

1.57

1.62

5.00

Amerika Serikat

1.788

1.823

3.50

Afrika Selatan

8.405

8.385

-2.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Data Pertumbuhan Ekonomi di Atas Ekspektasi, Lelang SUN Ramai"

Post a Comment

Powered by Blogger.