Bank 'Mati Segan Hidup Tak Mau', OJK Dorong Merger-Akuisisi
Jakarta, CNBC Indonesia - Tantangan dan kondisi perekonomian saat ini lumayan berat. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi salah satu penyebabnya, belum lagi perkembangan teknologi yang pesat. Perbankan harus siap menghadapi ketidakpastian ekonomi yang terjadi."Tantangan perbankan cukup besar, kenapa? Pertama persaingan di industri ini cukup ketat, terutama dengan perkembangan teknologi yang cepat," kata Heru akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, perkembangan teknologi ini mendisrupsi bisnis perbankan. Terutama dengan kemunculan perusahaan-perusahaan fintech yang bisa bergerak cepat karena tidak dibebani aturan yang banyak seperti bank.
Perbankan nasional harus kuat agar tidak digilas perlambatan ekonomi dan kemunculan teknologi.
OJK terus mendorong bank melakukan konsolidasi baik itu melalui merger atau akuisisi. Jumlah bank di Indonesia memang cukup banyak dan mayoritas dari bank ini adalah berskala kecil.
Indonesia memiliki sekitar 1.800 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang skalanya kecil. Kemudian ada 113 bank BUKU I-IV.
Bank BUKU I memiliki modal inti di bawah Rp 1 triliun, BUKU II modal inti Rp 1 triliun-Rp 5 triliun. BUKU 3 dengan modal inti Rp 5 triliun- Rp 30 triliun. Kemudian BUKU IV dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.
Dalam data OJK, ada 6 bank BUKU IV, 26 bank BUKU III, 59 bank BUKU II, dan 21 bank BUKU I.
Foto: Dok. OJK
|
Petugas pengawas bank OJK banyak terkuras untuk mengawasi bank-bank kecil yang jumlahnya banyak ini. Pengawasan menjadi tidak efisien, dan OJK berharap bank-bank kecil ini bisa berkonsolidasi agar makin kuat.
Heru mengatakan, sulit berharap bank akan berkonsolidasi sendiri tanpa ada 'paksaan' dari OJK. Karena itu OJK terus mendorong konsolidasi.
Jangan sampai bank-bank kecil yang 'mati segan hidup tak mau' ini menjadi beban bagi ekonomi Indonesia.
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bank 'Mati Segan Hidup Tak Mau', OJK Dorong Merger-Akuisisi"
Post a Comment