Demam 'Window Dressing' Belum Melanda Pasar SUN

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Sep'19 |
|||||
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 25 Sep'19 (%) |
Yield 26 Sep'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 26 Sep'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.737 |
6.736 |
-0.10 |
6.6614 |
FR0078 |
10 tahun |
7.329 |
7.318 |
-1.10 |
7.2793 |
FR0068 |
15 tahun |
7.76 |
7.769 |
0.90 |
7.7397 |
FR0079 |
20 tahun |
7.882 |
7.894 |
1.20 |
7.8569 |
Sumber: Refinitiv, IBPA
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih justru menguat. Indeks tersebut naik 0,2 poin (0,07%) menjadi 261,32 dari posisi kemarin 261,12.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 561 bps, menyempit dari posisi kemarin 563 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,7% dari posisi kemarin 1,69%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.025,15 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 25 September.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 131,9 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,14 triliun, sedangkan sejak awal bulan dan asing masih surplus Rp 15,55 triliun.
Nilai kepemilikan asing itu baru mencatatkan rekor pada posisi 24 September yaitu dengan nilai kepemilikan Rp 1.026,62 triliun SBN, atau 38,79% dari total beredar Rp 2.646 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih terkoreksi harganya sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah di tengah membaiknya hubungan China-Amerika Serikat (AS) di pusaran perang dagang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang |
|||
Negara |
Yield 25 Sep'19 (%) |
Yield 26 Sep'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil |
7.07 |
7.07 |
0.00 |
China |
3.1 |
3.145 |
4.50 |
Jerman |
-0.587 |
-0.582 |
0.50 |
Prancis |
-0.284 |
-0.285 |
-0.10 |
Inggris |
0.518 |
0.533 |
1.50 |
India |
6.755 |
6.715 |
-4.00 |
Jepang |
-0.255 |
-0.243 |
1.20 |
Malaysia |
3.419 |
3.437 |
1.80 |
Filipina |
4.751 |
4.773 |
2.20 |
Rusia |
7 |
7 |
0.00 |
Singapura |
1.702 |
1.742 |
4.00 |
Thailand |
1.515 |
1.51 |
-0.50 |
Amerika Serikat |
1.699 |
1.702 |
0.30 |
Afrika Selatan |
8.345 |
8.295 |
-5.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Demam 'Window Dressing' Belum Melanda Pasar SUN"
Post a Comment