Demam 'Window Dressing' Belum Melanda Pasar SUN
Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup beragam (mixed) yang relatif flat serta cenderung melemah.Koreksi pasar obligasi rupiah pemerintah terjadi meskipun pasar keuangan domestik justru positif hari ini. Penguatan pasar saham terjadi karena adanya aksi memperbaiki portofolio investasi (window dressing) mereka di penghujung kuartal III ini yang diprediksi masih akan terjadi hingga awal pekan depan.Kondisi pasar yang positif juga didorong kondisi semakin kondusifnya keamanan pasca demonstrasi RUU KUHP dan RUU KPK di awal pekan ini. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv hari ini, Kamis (26/9/2019) menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi bagi investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 1,2 basis poin (bps) menjadi 7,89% dari sebelumnya 7,88% kemarin. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Sep'19 |
|||||
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 25 Sep'19 (%) |
Yield 26 Sep'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 26 Sep'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.737 |
6.736 |
-0.10 |
6.6614 |
FR0078 |
10 tahun |
7.329 |
7.318 |
-1.10 |
7.2793 |
FR0068 |
15 tahun |
7.76 |
7.769 |
0.90 |
7.7397 |
FR0079 |
20 tahun |
7.882 |
7.894 |
1.20 |
7.8569 |
Sumber: Refinitiv, IBPA
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih justru menguat. Indeks tersebut naik 0,2 poin (0,07%) menjadi 261,32 dari posisi kemarin 261,12.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 561 bps, menyempit dari posisi kemarin 563 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,7% dari posisi kemarin 1,69%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.025,15 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 25 September.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 131,9 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,14 triliun, sedangkan sejak awal bulan dan asing masih surplus Rp 15,55 triliun.
Nilai kepemilikan asing itu baru mencatatkan rekor pada posisi 24 September yaitu dengan nilai kepemilikan Rp 1.026,62 triliun SBN, atau 38,79% dari total beredar Rp 2.646 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih terkoreksi harganya sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah di tengah membaiknya hubungan China-Amerika Serikat (AS) di pusaran perang dagang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang |
|||
Negara |
Yield 25 Sep'19 (%) |
Yield 26 Sep'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil |
7.07 |
7.07 |
0.00 |
China |
3.1 |
3.145 |
4.50 |
Jerman |
-0.587 |
-0.582 |
0.50 |
Prancis |
-0.284 |
-0.285 |
-0.10 |
Inggris |
0.518 |
0.533 |
1.50 |
India |
6.755 |
6.715 |
-4.00 |
Jepang |
-0.255 |
-0.243 |
1.20 |
Malaysia |
3.419 |
3.437 |
1.80 |
Filipina |
4.751 |
4.773 |
2.20 |
Rusia |
7 |
7 |
0.00 |
Singapura |
1.702 |
1.742 |
4.00 |
Thailand |
1.515 |
1.51 |
-0.50 |
Amerika Serikat |
1.699 |
1.702 |
0.30 |
Afrika Selatan |
8.345 |
8.295 |
-5.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Demam 'Window Dressing' Belum Melanda Pasar SUN"
Post a Comment