Ekonomi AS Masih Kinclong, Bursa Asia Kompak Rontok
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2019 ternyata masih bisa dibilang kinclong di angka 2% walau melambat dibandingkan dengan pada kuartal pertama. Kinclongnya data pertumbuhan ekonomi AS memicu bursa saham di kawasan Asia rontok.Sehari setelah pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi AS pada 26 September, hampir semua bursa kawasan Asia kompak memerah.
Data perdagangan mencatat, indeks bursa saham Korea Selatan Kospi melemah 1,19%, indeks saham Straits Times Singapura juga terkoreksi tipis 0,01%, indeks saham Negeri Sakura, Nikkei 225 melemah 0,77% dan indeks bursa Tanah Air yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,54% pada penutupan perdagangan Jumat, 27 September kemarin.
Kekhawatiran bahwa Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan memangkas tingkat suku bunga acuan lagi di sisa tahun ini menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia.
Kekhawatiran ini muncul seiring dengan pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal II-2019 yang diumumkan di level 2% (QoQ annualized), sama dengan pembacaan kedua dan dengan konsensus, seperti dilansir dari Forex Factory.
Untuk diketahui, pada pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi AS diumumkan berada di level 2,1%, sebelum kemudian direvisi menjadi 2% pada pembacaan kedua.
Pertumbuhan ekonomi AS yang ternyata tak kembali direvisi turun pada pembacaan final lantas memantik kekhawatiran bahwa The Fed akan menahan tingkat suku bunga acuan hingga akhir tahun di level saat ini. Apalagi, nada hawkish (agresif) memang sebelumnya sudah terlontar dari mulut pejabat The Fed.
Sekadar mengingatkan, pada pekan lalu The Fed mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps ke rentang 1,75%-2%, menandai pemangkasan kedua di tahun ini pascasebelumnya The Fed juga mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli.
Melansir CNBC International, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dengan dasar adanya dampak negatif dari perkembangan ekonomi dunia bagi prospek perekonomian AS, serta rendahnya tekanan inflasi.
Namun, ada nada hawkish yang dilontarkan oleh Jerome Powell selaku Gubernur The Fed pada saat konferensi pers.
Foto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
|
Walau menyebut bahwa pihaknya akan melakukan hal yang diperlukan guna mempertahankan ekspansi ekonomi, Powell menilai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan Juli dan pekan lalu sebagai "penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment" dan bukan merupakan strategi untuk mendorong tingkat suku bunga acuan lebih rendah lagi.
Pernyataan tersebut lantas menegaskan komentar Powell di bulan Juli bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.
"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif," kata Powell pada bulan Juli silam, dilansir dari CNBC International.
Ekonomi AS memang melambat. Namun konsumsi domestik dan pengeluaran pemerintah masih mendorong angka pertumbuhan ekonomi AS yang positif.
Melambatnya ekonomi AS diakibatkan kontraksi di sektor manufaktur dan pertanian. Angka investasi bisnis Amerika juga terkontraksi. Hal ini diakibatkan oleh adanya perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia yaitu AS-China. Ya bisa dibilang ekonomi AS cuma hard lending saja belum masuk ke jurang resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekonomi AS Masih Kinclong, Bursa Asia Kompak Rontok"
Post a Comment