Jadi, AS Resesi atau Enggak Sih?
Jakarta, CNBC Indonesia - Ramalan yang menyebutkan bahwa AS akan memasuki jurang resesi akhir tahun ini masih belum terbukti ternyata. Pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi AS masih positif walau melambat.Resesi adalah kondisi dimana ketika PDB suatu negara menurun atau angka pertumbuhan ekonomi bernilai negatif untuk dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun berturut-turut. Jika mengikuti definisi tersebut maka ekonomi Amerika Serikat belumlah memasuki jurang resesi yang mengerikan seperti diprediksikan.
Memang ekonomi AS tumbuh melambat. Pada kuartal pertama, ekonomi negeri adidaya tersebut tumbuh dengan impresif melampaui ekspektasi pasar di angka 3%. Pasalnya konsensus yang dihimpun Reuters memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 hanya sebesar 2,2%. Bahkan juga melampaui prediksi Bank Sentral AS, The Fed yang berada di level 2,4%.
Pada pembacaan kuartal 2 kemarin angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal II-2019 yang diumumkan di level 2% (QoQ annualized), sama dengan pembacaan kedua dan dengan konsensus, seperti dilansir dari Forex Factory. Untuk diketahui, pada pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi AS diumumkan berada di level 2,1%, sebelum kemudian direvisi menjadi 2% pada pembacaan kedua.
Perlambatan ekonomi AS disebabkan oleh terkontraksinya investasi bisnis Amerika Serikat. Investasi bisnis AS mengalami kontraksi lebih tajam dari yang sebelumnya diperkirakan pada kuartal kedua dan pertumbuhan laba perusahaan turun mengakibatkan kekhawatiran pasar keuangan bahwa ekonomi AS akan masuk jurang resesi.
Investasi bisnis menurun pada tingkat tahunan 1,0% kuartal terakhir, pemerintah mengatakan dalam pembacaan ketiga dari PDB kuartal kedua pada hari Kamis. Itu adalah penurunan paling tajam sejak kuartal keempat 2015. Investasi bisnis sebelumnya diperkirakan telah menurun pada kecepatan 0,6%.
Ekonomi AS masih ditopang oleh konsumsi domestik. Perlu diketahui bersama bahwa konsumsi domestik menyumbang lebih dari dua pertiga ekonomi AS. Pada kuartal kedua ini tumbuh 4,6% mencatatkan pertumbuhan tertinggi sejak 2014.
Namun angka pertumbuhan konsumsi domestik ini masih berada di bawah estimasi bulan lalu yang mencapai 4.7%. Kuatnya konsumsi domestik AS masih ditopang oleh rendahnya tingkat pengangguran.
Dilansir dari CNBC Internasional, defisit perdagangan AS tercatat mencapai US$ 980,7 miliar pada kuartal kedua.
Memang pertumbuhan ekonomi AS melambat. Namun masih belum memasuki jurang resesi. Masuk atau tidaknya AS ke jurang resesi akan sangat ditentukan oleh hasil negosiasi dagang AS-China pada 10 dan 11 Oktober nanti. Pasalnya perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia ini membuat ekonomi global terganggu. Sektor manufaktur dan ekspor AS terutama komoditas kedelai AS menjadi terganggu akibat dari perselisihan ini.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi AS ini harus diwaspadai. Prediksi dana moneter internasional (IMF) ekonomi AS pada 2019 akan berada di angka 2,6% dan 1,9% pada 2020. Kalau ekonomi AS terus melambat dengan laju yang sangat cepat bukan tidak mungkin AS akan jatuh ke jurang resesi seperti yang sering dikhawatirkan. Namun untuk sekarang AS masih belom masuk resesi kok.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(twg/twg)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jadi, AS Resesi atau Enggak Sih?"
Post a Comment