Aum! Didukung Dana Asing, Obligasi Pemerintah Masih Bertaring
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepemilikan investor asing di pasar obligasi mencapai angka cantik Rp 1.060 triliun pada awal musim hujan ini, 1 November 2019, seiring dengan penguatan yang masih mengiringi derasnya aliran dana luar negeri tersebut.Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menunjukkan jumlah dana asing di pasar surat utang negara (SUN) mencerminkan masuknya dana asing senilai Rp 6,34 triliun sejak pekan sebelumnya, atau Rp 1,89 triliun dibanding posisi sehari sebelumnya atau akhir Oktober. Apa lacur?
Penyebab pertama, tentu adalah penurunan suku bunga acuan baik di tingkat global maupun domestik sehingga mampu memicu kenaikan harga obligasi hingga mampu dengan gagah berani membentuk tren positif hingga saat ini, dan membuat instrumen utang pemerintah itu semakin seksi di mata investor.
Buktinya di depan mata. Langkah kenaikan harga obligasi semakin sangar sepanjang Oktober dan mendukung pertumbuhan keuntungan instrumen investasi tersebut sepanjang tahun yang masih melanjutkan tren yang masih menanjak.
Untuk Oktober saja, data indeks Indobex Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) menunjukkan kenaikan hasil investasi (return) investor obligasi pemerintah pada periode Oktober mencapai 2,23%. Indeks tersebut naik ke 267,62 pada akhir Oktober dari posisi 261,78 di akhir bulan ke-9.
Return surat utang negara (SUN) tersebut dihitung dari potensi pendapatan kupon yang diterima investor secara berkala dan potensi keuntungan dari selisih harga instrumen efek utang yang diterbitkan pemerintah. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Dari sisi harga dan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah di pasar sekunder pada periode yang sama, data Refinitiv menunjukkan bahwa yield SUN seri acuan mengalami rerata penurunan 95 basis poin (bps), atau 0,95%. Artinya, terjadi penurunan yield dengan besaran yang hampir 1% untuk masing-masing serinya.
Keempat seri yang menjadi acuan pasar tahun ini adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Pergerakan harga dan yield SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 524 bps, menyempit dari posisi kemarin akhir pekan lalu 529 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 2,4 bps hingga 1,75% dari posisi akhir pekan lalu 1,72%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas masih mengalami koreksi harga sehingga yield mayoritas obligasi negara naik menyusul kian jauhnya kekhawatiran pasar terhadap isu-isu terkini, yaitu damai dagang yang tampaknya semakin dekat serta hantu resesi yang mulai menjauh.
Baru-baru ini, kedua pihak yaitu Amerika Serikat (AS) dan China tampak semakin optimistis dapat mencapai kesepakatan dan sedang mencari venue baru penandatanganan hasil perundingan fase pertama. Kalau boleh dapat dibilang, keduanya semakin mesra saja, dari sebelumnya yang saling baku ancam demi menaikkan daya tawar di meja perundingan.
Selain itu, ada faktor dalam negeri yaitu didukung kondisi makroekonomi yang relatif stabil setelah dilantiknya presiden baru beserta para menterinya.
Mungkin banyak pihak yang kecewa dengan susunan kabinet di pemerintahan yang berisi tak sedikit politikus dibanding profesional, tetapi jika dilihat dari jarak yang agak jauh maka kondisi sekarang dapat disyukuri karena belum ada gejolak yang berarti dan mencemaskan investor.
Selanjutnya, rupiah yang relatif stabil bahkan menguat terhadap dolar AS. Mata uang garuda berhasil mencatatkan penguatan 2,38% menjadi Rp 14.032/dolar AS dari posisi akhir tahun lalu Rp 14.375/dolar AS. Bahkan, hari ini penguatan masih terjadi menjadi 2,6% atau lebih tepatnya menjadi Rp 14.010/dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Aum! Didukung Dana Asing, Obligasi Pemerintah Masih Bertaring"
Post a Comment